Saturday, November 2, 2013

BUMN Jangan Dijadikan Sapi Perah

Kalau saja perusahaan BUMN bisa dikelola secara transparan dan profesional, niscaya efek bola salju dari kegiatan usaha di dalam negeri akan ikut mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Dulu, pelaku ekonomi yang menjadi andalan pembangunan nasional adalah BUMN, badan usaha milik swasta, dan koperasi. Jika melihat tantangan dan persaingan usaha saat ini dan di masa depan, seharusnya BUMN bisa dikelola layaknya perusahaan swasta.

Di Singapura, perusahaan BUMN dikelola oleh Temasek, sementara BUMN di Malaysia diurus oleh Khazanah. Di Indonesia, Kementerian BUMN sejatinya bisa berperan lebih fleksibel dan memiliki kewenangan penuh untuk membuat keputusan bisnis strategis.
Meski demikian, seluruh kegiatan usaha BUMN tersebut tetap harus ditujukan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, semua bentuk intervensi politik dari DPR atau kelompok kepentingan lainnya harus bisa dienyahkan dari BUMN.
Selama ini, gerak langkah BUMN kerap terkendala oleh intervensi dari berbagai kelompok kepentingan yang sering mengatasnamakan kepentingan rakyat. Tidak heran jika kemudian proses privatisasi BUMN selalu menimbulkan masalah.
Misalnya, proses penawaran saham perdana (IPO) PT Krakatau Steel (KS) yang tidak berjalan dengan lancar menyusul adanya kontroversi dalam penetapan harga saham perdana perusahaan baja tersebut.
Persoalan PT KS mencuat bisa jadi karena kurangnya komunikasi antara manajemen dan publik atau karena memang ada intervensi dari kelompok kepentingan politik.
Belajar dari kasus tersebut, pemerintah, dalam hal ini Kementerian BUMN, seharusnya bisa melakukan evaluasi menyeluruh. Hal itu diperlukan supaya rencana IPO BUMN lain tidak terganggu dan kisruh lagi seperti yang dialami PT KS.
Evaluasi tersebut tidak hanya mencakup aspek teknis saja, tetapi juga menyangkut hal-hal nonteknis. Misalnya, mengkaji kembali kredibilitas dan profesionalisme dari perusahaan konsultan public relations yang ditetapkan dari Kementerian BUMN dalam menangani proses IPO BUMN.
Tahun ini setidaknya ada empat BUMN yang akan go public, termasuk PT Garuda Indonesia. Jika proses IPO tersebut terganggu oleh hal-hal nonteknis, sangat boleh jadi akan membuyarkan persepsi investor yang akan membeli saham BUMN yang akan go public itu.
Terkait dengan tahapan IPO Garuda Indonesia, perusahaan penerbangan ini sudah melakukan public expose dan road show ke Singapura selama dua hari. Kegiatan road show masih akan dilanjutkan antara lain ke Hongkong, London, dan New York, Amerika Serikat.
Manajemen Garuda Indonesia berusaha meyakinkan para investor institusi di luar negeri mengenai prospek perusahaan penerbangan tersebut. Transparansi sebaiknya tidak hanya menyangkut keuangan, tetapi juga keterbukaan dalam proses tahapan IPO.
IPO BUMN hendaknya tidak dijadikan ajang untuk membiayai kepentingan politik tertentu dan jangan menjadikan BUMN sebagai sapi perah

No comments: